Senin, 07 Maret 2011

Unggul



ADHI : TEATER (Makassar)                                                    
Mempersembahkan fragmen teatrikal (penyampaian implementasi Visi Misi Budaya Adhi) yang diadakan 5 Maret 2010/Kantor pusat Adhi Karya Jakarta


 Pemeran :

  1. Lelaki
  2. Perempuan
  3. Pimpinan
  4. Karyadhi (Karyawan)
  5. Kamerawan TV
  6. Reporter TV
  7.  Daeng Ngai (P. Kacang gor)
  1. Daeng Eppe’ (P. P. Epek)
  2. Pengamen
  3. Salossa (Papua)
  4. SATPOL P.P. 
  5. Supu (Tukang sapu jalanan)


LOKASI PANTAI LOSARI SEBELUM DI REVITALISASI

 ADEGAN 1

SEBAHAGIAN BESAR PEMAIN DI PANGGUNG TELAH HADIR DI POSISINYA 
MASING-MASING, SUASANA BEKU TAK ADA YANG BERGERAK.

DI KANTOR DEVISI VI MAKASSAR, KEPALA PROYEK REVITALISASI PANTAI LOSARI 
MENERIMA TELEPON DARI  DIREKTUR UTAMA, DALAM RANGKA MEMASTIKAN PROGRAM 
KERJA DAN DEPLOYEMENT SEBAGAIMEKANISME VISI MISI:

DIRUT                         :   Hallo. . . .  Assalamu’ Alaikum Wr. Wb. . . . . . . .

KAPRO                        :   Wa’alaikum Salam Wr. Wb.

DIRUT                         :   Bagaimana kabar keluarga dan staf proyek, salam dari saya.

KAPRO                        :   Insya Allah pak nanti saya sampaikan.

DIRUT                         :   Eh . . . Mas, Terima kasih ya . . . . .  Kontribusi Divisi Enam        Makassar di 
tahun 2009 signifikan terhadap perusahaa Adhi Karya. Tentunya untuk rencana tahun 2010 
semoga dapat  terwujud.  Sama itu lho Rencana yang pantai . . .??  apa itu ?

KAPRO                        :   Losari, pak.

DIRUT                         :   Ya.. . .ya . . . Tolong ya ikuti peraturan dan menjaga lingkungan yang 
merupakan stake holher kita.

KAPRO                        :   Baik pak Insya Allah kita akan selalu menjaga keselarasan stake holder 
kita pak. . . .

DIRUT                         :   Ya . . . itu saja… selamat kekerja, terima kasih.

KAPRO                        :   Terima kasih pak (LALU EKSIT DARI PANGGUNG, DISUSUL OLEH MUSIK TUNRUNG PAKANJARA’ DAN DESIR OMBAK PANTAI LOSARI DAN SAAT ITU PULA PEMAIN 
MULAI BERAKSI)
                                          

                                                                        ADEGAN 2

(DI TENGAH KESEMERAUTAN, SEORANG KARYAWAN BANGUNAN MUNCUL MEMBAWA 
PAPAN IZIN BANGUNAN  DAN PAPAN LOGO UNTUK DITANCAPKAN PADA TEMPAT  YANG DIANGGAP STRATEGIS.)

SALOSSA                    :  (MERASA TERGANGGU OLEH SUARA MARTIL LALU MENDATANGI ORANG YANG SEMENTARA MEMASANG PAPAN NAMA) Hei ! ada apa ini bapak ?  Kenapa ada lagi  
rambu-rambu dipasang disitu ? (AKSEN PAPUA)

KAR. ADHI                   :  Silahkan bapak baca yang di sebelah sana. (MENUNJUK PAPAN
IZIN BANGUNAN YANG SUDAH TERPASANG.)

SALOSSA                     :  (MENUJU KETEMPAT YANG DIMAKSUD LALU MEMBACA  TULISAN :  Izin bangunan . . . . . .. . . . . . dst.

DAENG NGAI              :  Tunggu ! siapa bilang di tempat ini . . . . Tidak bisa. (NADA        MARAH)

SALOSSA                     :  E,  kenapa seprti marah. Silahkan baca ini. (MENUNJUK PAPAN IZIN 
BANGUNAN)  

DAENG NGAI              :  Pokoknya tidak bisa !

SALOSSA                     :  Kenapa tidak bisa ?

DAENG NGAI              :  Saya tidak bisa membaca !

SALOSSA                     :  O.. beta kira tidak bisa membangun.

DAENG NGAI                          :  Membangun boleh dan itu bagus  tapi jangan membunuh.                         (MELAMPIASKAN MARAHNYA DI MEJA GEROBAK, YANG MENYEBABKAN DAENG EPPE’ TERPERANJAT )  Maaf. . . . . .

DAENG EPPE’            :   Ada apa ?  Kanapaki andi’ ?

DAENG NGAI             :  Masa, Pantai Losari  akan di bongkar. Lantas kita-kita ini mau di kemanakan?

DAENG SUPU             :  Jangan salah, bukan di bongkar tapi yang saya dengar,  tempat ini akan di bangunkan.

DAENG NGAI             :  Bhus !  disitu tidak usah bicara, bikin bingung saja. Pokoknya saya tidak mau terima kalau gara-gara pembangunan lantas kita semua di usir. Mau di kemanakan kacang saya ?  
Ini kacangku. Enak kacangku.                                              

DAENG EPPE’            :  (DENGAN TENANG) Betul. Kita orang kecil yang mengais rezeki di tempat ini,  jangan dibikin macam-macam. Bagaimana ? (KEPADA PENGAMEN)

PENGAMEN                :  Saya tidak tahu mau bilang apa. Tapi menurut pikiran saya, kita harus 
sabar menunggu perkembangan selanjutnya.

DAENG NGAI             :  Tidak bisa !  Kita orang kecil, semakin sabar semakin di  injak-injak. Saudara
tahu ? kecapimu ini akan di rampas lalu dihancurkan oleh petugas.

PENGAMEN                :  Punyaku ini bukan kecapi bu, tapi gitar.

DAENG EPPE’            :  Hgr…. Gitar, Kecapi sama saja.  Sama-sama bunyi dan menghaslkan  uang. 
Kita semua akan diangkut tanpa  pandang bulu terutama barang dagangan kita.

LELAKI                       :  Tidak mungkin ibu. Masa’ pengunjung ikut diangkut ?

SALOSSA                    :  Kita orang sama-sama pengunjung, tapi saya anggap perlu ada rasa setia 
kawan diantara kita?

LELAKI                       :  Maksudmu ?

SALOSSA                    :  E, jelas tokh ?  kalau tempat ini di gusur kita orang tidak bisa lagi tarik suara, happy-happi, Epe-epe. (MEMPERAGAKAN MELALUI KEDUA TANGANNYA KEPADA  WANITA)

WANITA                     :  He, bapak  jangan sembarangan ! Di negeri ini, seseorang bisa ditangkap, bisa dituntut kalau mempertontonkan porno grafhi !

SALOSSA                    :  Tuang Alah, apa salah dan dosaku hingga aku di fitnah (MENGAMBIL ALAT 
PRES PISANG, DAENG EPPE’) Lihat nona, ini yang beta maksud epe-epe. Pisang di epek seperti ini,                                     dan namanya pisang epe. Betul tidak bapak-bapak ?  (KEPADA PENONTON) Beta jauh-jauh dari 
timur datang ke tempat ini, mau dapat pengalaman dari bapak-bapak yang sudah maju tetapi nyatanya beta di fitnah. Justru nonalah  yang pantas di tuntut karena memfitnah beta.

LELAKI                       :  Sudah-sudah. Bersatu kita bisa. Lebih cepat lebih baik !    (MENGAJAK ORANG DISEKITAR MENDEKAT UNTUK  MEMBISIKKAN SESUATU YANG RAHASIA) Jadi mari kita jangan emosi, masih ada hari esok. (MEREKA MENING GALKAN TEMPAT, KECUALI SUPU, TETAP MENJALANKAN TUGASNYA SAMPAI CAHAYA MENJADI GELAP)



                                                                        Adegan 3


(DAN SEBELUM LAMPU MENYALA KEMBALI, SUPU, SI   TUKANG SAPU SUDAH BERAKSI MEMBERSIHKAN TROTOAR  LOSARI. PIMPINAN, BERSAMA SALAH SEORANG KARYAWAN 
 ‘ADHI’  MUNCUL  MENINJAU LOKASI PROYEK. MEREKA TAMPAK SERIUS SALING MENJELASKAN 
SESUATU  SAMBIL SESEKALI MELIHAT GAMBAR PROYEK.  BERSELANNG BEBE  RAPA SAAT, 
TIBA-TIBA TERDENGAR SUARA-SUARA RIBUT DARI KEJAUHAN. RUPANYA GERAKAN  DEMO  SEDANG BERLAN SUNG. MEREKA KOMPAK MENYUARAKAN SUARA HATI LEWAT LAGU KHAS MAKASSAR “ MA’RENCONG- RENCONG”.  DI BELAKANG MERE KA TAMPAK PULA 2 ORANG  
KREW TELEVISI LENGKAP DENGAN ALATNYA) 

Battu ratema’ ribulang  Ma’ rencong-rencong Ma’rencong-rencong  
Makkuta’nang ribintoeng   Apa kananna Attu dendang baule 
Bunting lompo jako sallang
Atu dendanga da’dumba o e paramata bengko’na.
Gunruru’naji malompo  Ma’rencong-rencong Marencong-rencong  
Kila’na malla’bang lino Bosi sarrona Attudendang baule
Tamaliang tompo’ bangkeng Iya dendanga da’dumba o e paramata  bengko’na.... 
ceceng cecen puss...

SUPU                           :  Mengapa bapa televisi diam saja ?

REPORTER                :  Tidak ada gunanya kalau hanya menyanyi-nyanyi,  ini bukan peristiwa, 
tidak biasa jadi berita di Televisi.

SUPU                           :  Jadi ?

KAMERAWAN        :  Bapak, coba beri contoh (MEMBISIK)

SUPU                           :   O, begitu ?

KAMERAWAN         :  Iya, ayo bapak.

DAENG NGAI             :  Dia itu, pasti punggawanya.

SUPU                           :  Serbu !

KARYAWAN             :  Tenang. Sabar. Tunggu dulu, dengarkan pimpinan kami  (PARA PENDEMO 
KIAN EMOSI DENGAN MELONTARKAN SUARA HATI MEREKA SECARA BERGANTIAN . . . . . . . . . . .)
(TIBA-TIBA DERDENGAR BUNYI SEMPRITAN DARI SATPOL  PP DAN LANGSUNG MENINDAKI 
PARA DEMONSTRAN)

REPORTER                 :  Saudara, yang kita saksikan ini, adalah pemandangan yang        sungguh kotradiksi. Biasanya tempat ini, setiap hari ramai di kunjungi untuk menikmati keindahan alam panorama pantai Losari. Tetapi  kali ini keindahan alam itu seakan sirna oleh sekelompk masyara
kat yang mengadakan demo. Menurut nformasi yang kami peroleh, ini dikarenakan pedagang kaki lima bersama masyarakat lainnya, merasa hak mereka telah dirampas, dimana ketenangan dan 
tempat  pencaharian mereka akan digusur. Pemirsa, kita tunggu perkembangan selanjutnya.
                                         
PIMPINAN                  :  Tunggu !  Jangan main pukul pak, (KEPADA SATPOL PP) mereka jangan di 
apa-apakan. Barangkali mereka benar. Tapi tidak berarti bapak bersalah. Inti persoalan ini  
sehingga terjadi suasana seperti ini, adalah karena tidak adanya kesefahaman, akan arti suatu pembangunan. Karena  itu beri kami kesempatan untuk saling kenal satu dengan  yang lainnya.
(TIBA-TIBA PARA DEMONSTRAN KEM BALI  MENGGELIAT) Gunruru’naji malompo  Ma’rencong-rencong Marencong-rencong.

SATPOL PP                 :  (MEMBUNYIKAN SEMPRITANNYA) Diam !  Teruskan pak.  
(KEPADA PIMPINAN)

PIMPINAN                  :  Saudra saudariku yang kami cintai. Dengan tulus dan jujur        kami katakan kepada saudara saudariku bahwa dengan  pertemuan kita hari ini adalah merupakan berkah dari  Tuhan Yang Maha Kuasa. Karena melalui tatap muka ini, kita bisa saling memberi dan saling menerima.

SUPU                           :  Maksud Lu ?

 PIMPINAN                 :  Maksud saya adalah……(MEMUTAR MEMPERLIHATKAN PAPAN NAMA
 ‘ADHI’) Adhi.  Adhi ini, adalah nama perusahaan yang bergerak dibidang konstruksi yang  akan memberikan keuntungan kepada siapa saja dan bukannya merugikan. (MENJELASKAN SECARA GAMBLANG KEPADA HADIRIN)  

PESERTA DEMO        : Buktinya.  Kami mau bukti.

PIMPINAN                  :  Sebentar lagi saudara-saudara dan ibu-ibu akan  merasakannya. Percayalah, 
bahwa nanti, apabila seluruh peralatan kami, datangkan ke tempat ini dengan begitu banyak 
material bangunan,  akan menghadirkan banyak  pekerja, puluhan bahkan ratusan pekerja, 
nantinya pasti membutuhkan bantuan dari bapak-bapak dan ibu-ibu. Karyawan-karyawan kami 
pasti butuh minum, artinya bapak  dan ibu bisa membuka usaha. Apakah itu warung kopi, 
misalnya? warung nasi, atau warung apalah namanya, yang jelas disaat itulah bapak-bapak dan 
ibu-ibu meraup  keuntungan yang  tida sedikit. Yang penting saudara-saudara tidak mengganggu kelancaraa pekerjaan kami.

PESERTA DEMO        :  Setuju !!!

SALOSSA                       :  Tunggu. Kita orang juga mau bicara.

PIMPINAN                  :  Silahkan pak, katakan semua apa yang ingin bapak sampaikan.

SALOSSA                      :  Saya punya nama, Salossa Cakalele Suasua Sukkuruyu, dari Papua. Saya 
datang di kota Anging Mammiri’ ini. karena semua orang bilang kalau pantai Losari adalah 
Pantai yang paling Indah dari Sabanag sampai Marouke. Begitu bapak.

PIMPINAN                  :  Terus ?

SALOSSA                      :  Terus terang kita orang  sengaja datang disini untuk menyaksikan 
matahari  teggelam ke dalam mulut laut. Lantas kalau tempat ini di bangun, otomatis itu 
matahari terganggu oleh segala macam peralatan. Pertanyaan saya:  Dimana lagi keindah
annya pantai ini bapak ?

PIMPIANAN               :  Pak Salossa. Ternyata bapak adalah seorang yang romantis. Bapak tidak perlu patah hati. Kehadiran Adhi Karya di tempat ini, adalah sebagai misi. Misi untuk segenap mahluk. 
Bapak tahu apa artinya Misi bapak ?

SALOSSA                      :  Utusan toh ?

PEMIMPIN                  :  Persis. Dan karena kami adalah utusan, yang  bernama Adhi, maka kami menyampaikan kabar  gembira untuk bapak.  Kalau matahari kecintaan bapak itu, justru mulai 
dari  sekarang kami sudah mendandaninya. Dan nantinya apa bila pekerjaan kami sudah 
rampung, maka kami yakin matahari bapak akan bertambah cantik, dan membuat  bapak lupa  
untuk pulang ke Papua (DISAMBUT DENGAN TEPUK  TANGAN)

LELAKI                       :   (MENGANGKAT TANGAN) Nama saya, Wondal Waworuntu
 dari Manado, dan pacar saya bernama Marselina Songnge. Terus terang kami berdua, setiap 
sore samapai larutmalam  hadir ditempat ini, karena rupanya ketenangan jiwa yang kami 
dambakan, ternya kami dapatkan di Pantai losari ini. Saran saya tolong kalau bisa proyek 
bapak betul-betul selesai sesui target dan tidak merusak lingkungan. Kalau perlu suasana 
pantai ini melebihi dari yang sekarang.  Terima kasih.

PIMPINAN                  :  Insya Allah. Puji Tuhan, Jangan Khawatir, peralatan Adhi Karya selalu menggunakan alat ramah lingkungan. Dan Percayalah, bahwa salah satu budaya Adhi Karya, adalah selalu berusaha dan bekerja secara maksimal tepat waktu,  sesuai target dengan 
Tawakkal. Dan karena Kebersihan adalah bahagian dari iman, maka kepada Daeng (MENUNJUK DAENG SUPU)  Kalau bisa. Kami mengajak untuk ikut menjaga kebersihan diproyek kami. 
(SEMUA HADIRIN TEPUK TANGAN UNTUK DAENG SUPU).  Saya kira cukup ya ? selamat, jaga kesehatan dan sampai nanti. (PARA DEMO MENJADI SADAR DAN PUAS, BUBAR  PENUH KEGEMBIRAAN)

REPORTER                 :  Pemirsa. (BERBICARA DEPAN KAMERA) demo yang tadinya diperkira
kan semakin beringas, tenyata berahir dengan    damai. Sebagai mana kita saksikan, dibelakang saya tampak  para pendemo lagi santai. Di mana satu sama lain tampak  akrab, seakan tak 
pernah ada yang  terjadi. Dan untuk  mengetahui Jurus-jurus apa saja yang di gunakan dalam meredam kemarah para pendemo, kita temui salah seorang karyawan Adhi.  

REPORTER                 :  Nama Bapak ?

KARYAWAN               :  Karyadhi

REPORTER                 :  Nama bapak bagus sekali. Senada tempat anda bekerja.

KARYAWAN               :  Kebetulan saja.

REPORTER                 :  Begini. Kira-kira langkah-langkah apa saja yang anda ambil sekiranya 
satu saat kejadian seperti tadi berulang kembali ?

KARYAWAN               :  Saya pikir kejadian seperti tadi, tidak akan mungkin terulang  lagi. 

REPORTER                 :  Anda yakin ?

KARYAWAN               :  Saya yakin. Apalagi Kami Sebagai Karyawan Adhi Karya punya 
komitmen bahwa tidak ada permasalahan yang tidak bisa di selesaikan.  Oleh karena itu 
pimpinan kami senentiasa menganjurkan tentang  perlunya  keterbukaan, jujur, dan saling menghargai.  
                                      
REPORTE                   :  Sedikit saja pertanyaan Pak. (KEPADA PIMPINAN) Kira-kira kapan 
Proyek pantai Losari ini selesai pak ?

PIMPINAN                  : Yang jelas akan selesai tepat waktu sebagai mana yang telah  kami rencanakan Tentunya dengan tawakal.

                                    (MENAMBAHKAN AKAN ARTI DAN MAKNA DARI 4 AKSARA)      
A.      Advance -----------------------------------------
B.      Determined -------------------------------------
C.     Humane ------------------------------------------
D. Inspiring ------------------------------------------

REPORTER                 :   Sungguh menakjubkan. Terima kasih pak

(CAHAYA PENTAS MEREDUP, GAMBAR PANTAI LOSARI YANG TELAH RAMPUNG, TERPANTUL 
DI LAYAR SEBAGAI KARYA YANG DI HASILKAN OLEH ‘ADHI’, DENGAN KEMAMPUAN YANG
LUAR BIASA)

                                                                




                                                                                               SAMPAI NANTI
                                                            ADHI KARYA VI MAKASSAR DIVISI KONSTRUKSI
                                                                                           SULAWESI-PAPUA

Tidak ada komentar:

Posting Komentar