Senin, 21 Maret 2011

Sawe Ri Gading




ADEGAN  I
TENGAH MALAM TATKALA BUANA ALAM DALAM KEADAAN HENING. TIBA TIBA TERDENGAR GEMURUH ANEH TURUN DARI LANGIT BERSAMA GEMERINCING SUARA METERIAL BANGUNAN YANG MEMEKAKKAN TELINGA MEMBUAT PENDUDUK JADI PANIK DALAM KEGELAPAN. SESAAT KEMUDIAN PENDUDUK TERSENTAK KERENA MENYAKSIKAN KEAJAIBAN YANG TAMPAK DI KEJAUHAN BERUPA ISTANA KERAJAAN YANG MENJULANG TINGGI DI TENGAH HUTAN BELUKAR.

SESEORANG  1           : (SEPERTI TIDAK PERCAYA) Apa aku mimpi ?

SESEORANG  2           : Tidak. Ini bukan mimpi. Tapi illusi

SESEORANG  3           :  Bukan illusi. Tapi Fatamorgana

SESEORANG  4           : Ha…Ya mimpi, ya ilusi, ya Fatamorgana, semuanya salah.

SESEORANG 1.2.3      : Lalu apa menurutmu ?

SESEORANG  4           : Itu namanya, tipuan pandangan tolol.
                                                (SESEORANG 1. 2. 3 TERSINGGUNG DAN TERJADILAH PERGUMULAN DIANTARA MEREKA. TIBA-TIBA MEREKA TERHENTI DALAM PERGUMULAN KARENA DILERAI OLEH SESEORANG)

SAWE RI GADING       : (TERTAWA) E, tengah malam begini, orang biasanya bergumul di atas ranjang bersama isteri. Tapi kalian justru bergumul diatas tanah berdebu tanpa beroleh kenikmatan. (JEDA SEJENAK) Kalau boleh tahu, untuk apa pergumulan ini ?

SESEORANG 1.2.3.     :  Kami tersinggung dikatai tolol, dari seorang yang lebih tolol dari kami.

SAWE RI GADING       : Apa pasal ?

SESEORANG  4           : Pasalnya dimulai dari sesuatu yang mengherankan.

SAWE RI GADING       : Apa yang mengherankan.

SESEORANG  2.3.       : Sesuatu yang tidak mungkin

SAWE RI GADING       : Maksudmu bangunan istana itu ? (MENUNJUK KE ARAH BANGUNAN)

SESEORANG  1.4        : Betul, bagaimana mungkin sebuah Istana yang begitu indah, begitu kokoh, begitu dahsyat, bisa berdiri dalam waktu sekejap, dan tiba-tiba ?

SAWE RI GADING       : Mengapa tidak ? Renungkan diri kalian masing-masing. Bukankah kalian berempat tiba-tiba hadir di tempat ini, dengan tubuh yang begitu indah, begitu energik, bergumul begitu perkasa ?

SESEORANG               : Itu karena kami semua kaget dan panik, sehingga kami berada di tempat ini.

SAWE RI GADING       : Dan kalian tidak sadar  kalau Itulah yang bernama proses. Segala benda yang tampak di bawah kolong langit, masing-masing memiliki prosesnya.
SESEORANG 4            : Termasuk Istana itu ?

ORANG BARU            : Tanpa kecuali. (SESEORANG 1. 2. 3. 4. SALING BERPANDANGAN PENUH KEHERANAN) Ha.. ha… ha… kalian tidak perlu heran dan bingung.

SESEORANG 1.2.3.4   : Tolong, kami yang tidak tahu apa-apa, diberi penjelasan yang sejelas-jelasnya.

ORANG BARU            :  (MEMULAI PENJELASANNYA TENTANG IMPLEMENTASI PEMELIHARAAN)
                                      Dengarkanlah. Istana yang kalian saksikan itu, adalah hasil dari sebuah kerja sama yang berawal dari berbagai unsur menjadi satu kesatuan yang tak terpisahkan dan terus terpelihara. Dengan kata lain, dengan berlandaskan niat baik yang kuat, disusunlah rencana pelaksanaan pekerjaan bangunan istana itu. Mulai dari penentuan spesifikasi yang diinginkan, gambar bangunan istana dari berbagai sisi pelaksanaannya.. Selain itu ditetapkan pula rencana kebutuhan biaya yang diperlukan, mutu yang dikehendaki dan waktu yang dibutuhkan untuk penyelesaian pekerjaan.

SESEORANG 1. 2. 3.4 : Kami semua bersyukur, dan berterima kasih atas pengetahuan yang tuan berikan kepada kami. Mohon diteruskan.  
                                       
SAWE RI GADING       : Nah saudaraku semua, Istana yang kalian lihat itu tampak indah bukan terjadi begitu saja.

SESEORANG  2.          : Seperti yang sudah dikatakan bahwa segala sesuatu yang hadir di bawah kolong langit semuanya melalui sebuah pro….

SESEORANG 1.3.4.     : (SEREMPAK MENYAMBUNG)…  Ses

SAWE RI GADING       : Bagus. Dan proses itu secara garis besarnya memiliki empat tahapan yang dilakukan secara terus menerus supaya menjamin terpeliharanya mutu kerja dan mutu hasil kerja.. Tahapan itu adalah : PLAN..

SESEORANG 1.2.3.4.  : (MENYAMBAR) Tir…

SAWE RI GADING       : Jangan asal bunyi. PLAN artinya pe-ren-ca-na-an. Sebelum memulai, pekerjaan harus disusun lebih dahulu rencana pekerjaannya, entah itu berupa rencana harian, mingguan ataupun bulanan..  Kemudian DO artinya rencana yang sudah ditetapkan harus diimplementasikan atau dilaksanakan. Pada waktu tertentu pelaksanaan pekerjaan musti dievaluasi atau dilakukan pengecekan. Evaluasi selain dilakukan oleh punggawa dalam Kerajaan sendiri juga dilakukan oleh lembaga resmi lain di luar kerajaan… Dari evaluasi itulah akan tampak keberhasilan atau pun kegagalan yang terjadi. Keberhasilan harus dipelihara bahkan ditingkatkan, sedangkan kegagalan perlu dicari solusi dan rencana tindak lanjutnya.. Inilah yang dikenal dengan proses PDCA itu.. Dilakukan terus menerus sampai selesai..

SESEORANG 3            : Siapakah tuan sebenarnya?

ORANG BARU            : Aku adalah salah satu anggota kelompok mahakarya yang mewujudkan istana kerajaan itu. Untuk lebih jelasnya aku berikan kaca ajaib ini kepada kalian (TEROPONG ANTIK) Gunakanlah alat ini agar kalian dapat mengetahui apa yang kalian belum ketahui (MELETAKKAN TEROPONG, LAU MENINGGALKAN TEMPAT. SETELAH SAWE RI GADING  MENGHILANG DARI PANDANGAN, MEREKA PUN BERLOMBA MENDAPATKAN BENDA ASING ITU YANG DILETAKKAN DI ATAS GUNDUKAN BATU)

SESEORANG 1            : Untuk adilnya, (KEPADA SESEORANG 4) sesama orang-orang tolol dilarang saling mendahului.

SESEORANG  4           : Cepatlah. Jangan membuang-buang waktu.

SESEORANG  1           : (MENEROPONG) ……………… Luar biasa.

SESEORANG  2           : Apa yang dahsyat ?

SESEORANG  1           : Tafsirkan sendiri. Bisa-bisa aku pingsan karenanya.

SESEORANG  3           : Ah, tidak mungkin, itu hanya tipuan pandangan.

SESEORANG  1           : Jangan mengejek. Ini nyata. Suatu kenyataan Yang menyatakan senyata-nyatanya kenyataan yang sungguh luar biasa. Ihgr….Merinding bulu romaku. (MENYERAHKAN TEROPONG KEPADA SESEORANG 2)

SESEORANG  2           : (MENEROPONG DAN LANGSUNG TERBAHAK-BAHAK) Ternyata kenyataan yang kau nyatakan, jauh dari kenyataan 
SESEORANG  3           :  (JENGKEL) Hoe! Tidak usah ngomong kalau kehabisan kata-kata. (MENGAMBIL TEROPONG DARI TANGAN SESEORANG 3 DAN MENGARAHKAN INTAIANNYA MENUJU TITIK PANDANG SESEORANG 3.) Pantas. Ternyata…

SESEORANG  4           : Stop. Hentikan kata-kata: ternyata!

SESEORANG   3          :  Maksudku pemilik teropong ini, ternyata seorang Maha Raja. Lihat, sang Raja berjalan di sela-sela rakyatnya. Maha Raja, memandangiku dan melambaikan tangannya.

SESEORANG  4           : (MENGAMBIL ALIH TEROPONG) Betul. Ia seperti memanggil kita untuk datang ke Istananya.

SESEORANG  1           : Bukan seperti, tetapi ini adalah yang sebetulnya. Maha Raja benar-benar memanggil kita semua.

SESEORANG 1.2.3      : (SEREMPAK BERSUARA) Tunggu,  kami datang… Ayo… (MELANGKAH)

SESEORANG 4            :  Tunggu! Istana itu jauh di seberang sana. Kalian akan ke sana?

SESEORANG 1, 2, 3    :  (BERSAMAAN). Ya!

SESEORANG 4            :  Pakai apa?

SESEORANG 1            :  Perahu.

SESEORANG 4            :  Mana perahunya?

SESEORANG 1            :  Gampang. Kita bikin perahu!

SESEORANG 4            :  Bikin perahu? Bisa?

SESEORANG 1            :  Gampang… Ayo…  Sama ratana hella lla…

SESEORANG 2            :  Sama ratana hella lla…                    

SESEORANG 3            :  Sama ratana hella lla…        
SESEORANG 4            :  Sama ratana hella lla…

SESEORANG1, 2, 3, 4 :  (BERSAMAAN). Sama ratana hella lla… Sama ratana hella lla… dst.
MEREKA PUN MENYEBERANG DENGAN TEKNIK TEATER TRADISIONAL KONDOBULENG. DUA RANG JADI PERAHU, DUA ORANG LAGI MENJADI PENDAYUNG. SEMENTARA MENYEBERANG, PERCAKAPAN ANTARA MEREKA TERUS BERLANGSUNG.


CAHAYA MEREDUP, LOKASI BERPINDAH KE ISTANA

ADEGAN II
SAWE RI GADING       : (DENGAN BUSANA KEBESARANNYA IA BERJALAN MENUJU SINGGA SANA DAN SEBELUM DUDUK…) Wahai segenap pembantu-pembantuku. Adakah kalian merasakan kegelisahan yang menimpa diriku?

PEMBANTU  I             :  Maha Raja separuh Dewa, Tenangkanlah pikiran Baginda, di atas singgasana kemuliaan. (SAWE RI GADING DUDUK SETENGAH TERKULAI DI ATAS SINGGASANANYA. DI SAAT ITU BUNYI MUSIK MENGALUN YANG DISUSUL DENGAN MUNCULNYA SEORANG PENARI SAKRAL “ AGGIRI’ ” DARI BALIK PINTU. BERBAGAI EKSPRESSI DI PERTUNJUKKAN, DENGAN HARAPAN AGAR RANG SANG BAGINDA TERLEPAS DARI RASA GUNDAH).

SAWE RI GADING       : Cukup. (SAWE RI GADING BERANJAK DARI SINGGASANANYA, MENGAMBIL KERIS DARI GENGGAMAN SANG BISSU YANG LAGI DALAM POSISI STATIS. IA MENGAMATI KERIS YANG KEHILANGAN KETAJAMANNYA BAHKAN BENGKOK LANTARAN TIDAK MAMPU MENEMBUS KULIT SANG PENARI). Wahai segenap pembantu-pembantuku, bukan begini yang saya inginkan. (KEPADA PEMBANTU I) Ambil. Perlihatkan dan katakan kepada semua pembantu-pembantuku yang lain, agar mereka terhindar dari kelemahan.

PEMBANTU  1            : (MENERIMA KERIS DARI TANGAN SAWE RI GADING LALU BERSERU) Wahai segenap pembantu istana, lihat dan camkan, kita semua jangan sekali-kali kehilangan pamor. Sabda Maha Raja Sawe Ri Gading, adalah ucapannya, satu dalam tindakan yang mewujud pada diri pembantu, seisi Istana. (MENDENGAR SERUAN, PARA PEMBANTU BERLARIAN DATANG MEMASUKI RUANG SINGGASANA)

SAWE RI GADING       : Kalian tahu apa arti kehadiran kalian di ruangan ini ?

SEGENAP PEMB.        : Jasmani dan rohani bersedia tunduk di bawah sabda Maha Raja.

SAWE RI GADING       : Luruskan apa yang tidak lurus. (PEMBANTU 1 TAMPIL MEMBAWA KERIS BENGKOK DI DEPAN RAJA, DISUSUL PEMBANTU LAINNYA, RAMAI-RAMAI MELURUSKAN KERIS TERSEBUT). Cepat !

SEGENAP PEMB         : Selesai Yang Mulya. (KEMBALI KETEMPAT MASING-MASING)

SAWE RI GADING       : Begitulah seharusnya. Waktu, adalah paling berharga bagi siapa saja. Waktu telah mengingatkanku bahwa istanaku ini beserta isinya, masih di- butuhkan adanya suatu peningkatan di segala aspek. Contoh paling gampang adalah kerismu. (KEPADA PENARI, TARI AGGIRI) Karena itu mulai saat ini aku ingin agar kau meningkatkan mutu dan nilai logam yang ada pada kerismu. Sebab, sebagus apapun pamor yang dimiliki oleh keris itu, tapi tidak memiliki kekuatan, adalah sia-sia.

SANG BISSU               : Apa baginda menginginkan hamba mati tertikam oleh badik ini ? Sungguh tidak lucu, kalau ada senjata makan tuan, Baginda.

SAWE RI GADING       : Eh, dasar. Kau pasti mati, kalau kau sendiri tidak berusaha meningkatkan kesak tianmu.

SANG BISSU               : (SADAR DAN TERTAWA) Sorry, Yang Mulya. Hamba kini sadar, Yang Mulya. Dan hamba berjanji akan meningkatakan kualitas badik bikinan hamba, sekaligus meningkatkan kesaktian hamba.

PERMAISURI              : Kanda, dinda merasa khawatir kalau suatu ketika diri ini tiba-tiba  menjadi permaisuri yang kurang berkualitas ?

SAWE RI GAING         : Tafsirkan sendiri sayang.

PERMAISURI              : (KEPADA INANG) …. Inang, Betapa malang bagiku.

INANG                        : Permaisuri sayang, jangan risau. Semua persoalan punya jalan keluar.

PERMAISURI              : Jalan keluar bagaimana inang ?

INANG                        : Gunakan jamu Sari Ayu, sayang. Biar kecantikanmu makin mempesona Baginda Raja.

SAWE RI GADING       : Yang aku butuhkan aplikasinya, bukan penampilan.

SANG BISSU               : Maaf Baginda, saya pikir Aplikasi dan penampilan sebaiknya seiring dan seirama Yang Mulya.

SAWE RI GADING       : Boleh, boleh. Aku suka.
SANG BISSU               : Kalau bigitu (KEPADA PERMAISURI) minum saja Sari Rapat . Iya tokh Baginda ?

SAWE RI GADING       : Kalau itu yang kau maksud peningkatan mutu, pasti aku suka.

SANG BISSU               :  Saya jamin, Yang Muliya. (KEPADA PERMAISURI) Sari Rapet.

PEMBANTU  II            : Ampun Yang Mulya. Hamba adalah salah seorang  yang bergerak di bidang usaha konstruksi, yang pernah ikut menangani pembangunan istana Maha Raja, apa perusahaan hamba masih memerlukan peningkatan, Yang Mulya?

SAWE RI GAING         : O, tentu. Tentu dan itu harus.

SEGENAP PEMB.        : Kami mohon Petunjuk Yang Mulya.

SAWE RI GADING       :  Jadilah Punggawa, macca na malempu’, warani na magetteng  (MENDENGAR UCAPAN SAWERIGADING PARA PEMBANTU KEBINGUNGAN)

SANG BISSU               : Mereka bingung Yang Mulya.

SAWE RI GADING       : Ya, mereka bingung dan kau sendiri mengapa diam.

SANG BISSU               : Sorry Yang Mulya.  Wahai para punggawa. Ucapan Yang Mulya adalah bahasa langit, dan untu dimengerti izinkan saya menggunakan bahasa lantai, yang artinya : Jadilah punggawa yang Cerdas dan jujur. Berani dan tegas. (PARA PUNGGAWA PEMBANTU TETAP BINGUNG)
                                  
SAWE RI GADING       : Penasehat Kerajaan (KEPADA PENASEHAT KERAJAAN) Jelaskan kepada mereka dan kalau perlu beri contoh.
                                                    
SANG BISSU               :  Nilai-nilai Advance, Determined, Humane dan Inspiring. Ini adalah sebuah rangkaian nilai yang mengembangkan keinginan maju yang kuat yang dilandasi etika dan norma-norma kemanusiaan serta menjadikan inspirasi bagi semua. Nilai-nilai luhur inilah rupanya yang menjadikan kekuatan, kelenturan akan perubahan jaman dan kesejahteraan bagi semua karyawannya. Demikian Yang Mulia.  (MEMBERI HORMAT KEPADA BAGINDA)
SAWE RI GADING       : Begitulah kalian semestinya. Contohlah dan ikrarkan dengan iklahs VALUE ADHI itu. Sebab sesungguhnya Kerajaanku ini, baik perangkat kerasnya maupun perangkat lunaknya adalah Jelmaan mutu kerja dan mutu hasil kerja yang menjelma di kerajaanku ini.
 PEMBANTU               : Hidup Maha Raja Sawe Ri Gading !
SEWE RI GADING       : Nah, sekarang kembalilah ke tempat asal masing-masing. Terapkan segenap pengalaman yang kalian peroleh dari Istanaku ini.
PEMBANTU  1            : Ampun Yang Mulia. Ucapan Yang Mulia menunjukkan adanya orang asing diantara kami. (CURIGA KEPADA KEEMPAT PEMBANTU)
SAWE RI GADING       : Ya. Dan mereka jangan diapa-apakan. Karena keempat orang ini, (MENUNJUK KEPADA PEMBANTU YANG MENYAMAR) sengaja aku panggil ke istanaku ini, untuk meningkatkan pengetahuannya dan mengenal lebih dekat jurus-jurus Value-Adhi, yang ampuh itu.
PARA MEMBANTU    : (BERMAKSUD MENYERAHKAN TEROPONG) Maafkan kami Yang Mulia…..
SAWE RI GADING       : (MEMOTONG) Stop. Kalian mliki saja benda pemberianku itu. Dan pulanglah kedaerah asal kalian. Demikian pula yang lainnya, kecuali Bissu Dilangi’ temani aku disini. (MEREKA YANG DIMAKSUD MENINGGALKAN BALAIRUNG. SAWE RI GADING BERDIRI MEMBELAKANG)
SANG BISSU               : Gerangan apa yang tuan pikirkan ?
SAWE RI GADING       : Semua orang tahu kalau dunia ini, terdiri atas dua bagian yang besar.
SANG BISSI                 : Maksud Yang Mulia ?
SAWE RI GADING       : Kalau ada siang, pasti ada malam. Ada kaya pasti ada miskin. Jika ada yang bernama keberhasilan pasti ada pula yang bernama kegagalan.  Yang ingin aku ketahui: Apa tanda-tandanya kehancuran sebuah kerajaan
SANG BISSU              :    (MENGAMBIL LIPATAN LONTARA DARI SAKUNYA)  Menurut Lontarak Bilang,tanda-tanda kehancuran sebuah Kerajaan : Ada 5. Yang Mulia.
                                      Pertama: jika raja yang memerintah tak mau lagi diingatkan.
                                      Kedua: jika tak ada lagi orang cerdas di dalam negeri.
                                      Ketiga: jika hakim dan jaksa sudah makan sogok.
                                      Keempat: jika persengketaan berkecamuk di dalam negeri.
                                      Kelima: jika raja yang memerintah tidak lagi mengasihi rakyatnya.

 SAWE RI GADING      : Bissu Dilangi’, Kalau kegagalan atau kehancuran sebuah negara ada 5 tanda-tanda, bagaimana dengan Kerajaan Maha karya, yang aku pimpin ? Apa salah satu diantara kelima tanda itu sudah ada yang merasuki ini?
SANG BISSU               : Mengapa ragu, Yang Mulia? Bukankah 2 tanda kejayaan yang dimiliki Kerajaan Maha Karya tampak jelas wujudnya ?
SAWE RI GADING       : Maksudmu kedua tanda itu, yang mana?
SANG BISSU               : Pertama: jika raja yang memerintah jujur dan cerdas. Kedua: jika tak ada persengketaan di dalam kerajaan.
SAWE RI GADING       : (TAMPAK LEGA). Kalau begitu istirahatlah wahai, Bissu Dilangi’.
SANG BISSU               : Demikian pula Yang Mulia.
SAWE RI GADING       : Tapi ingat, pelihara dan tingkatkan terus kualitas kesaktianmu.
SANG BISSU               : Pasti Yang Mulia.
                                               
***
                                                                                    Makassar, 14 Pebruari 2011
                                                                                                      ADHI KARYA DIVISI VI
MAKASSAR, SULAWESI SELATAN







                                                                                   






     
                                    




















          




Tidak ada komentar:

Posting Komentar